Universitas Syiah Kuala menunjukkan komitmennya dalam upaya penyelamatan lingkungan akibat perubahan iklim. Respon tersebut disampaikan oleh Peneliti USK Dr. Alfi Rahman pada forum Indonesia Universities Climate Conference (IUCC) pada tanggal 29 – 30 Maret 2022 di Hotel Le Méridien. (Jakarta, 30 Maret 2022).
Pada forum tersebut, Alfi Rahman menjelaskan, peristiwa Gempa dan Tsunami 2004 silam memberi pelajaran penting bagi kita semua betapa pentingnya mitigasi bencana. Hal ini pula yang mendorong USK untuk mendirikan Pusat Riset Kebencanaan atau Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC).
Secara umum ada dua respon yang dilakukan USK pasca tsunami 2004, yaitu respon yang segera (immediate response) dan respon jangka panjang (long term response). Immediate response bersifat taktis dan berorientasi jangka pendek.
“Selain normalisasi kondisi kampus yang sempat porak-poranda, salah satu fokus USK saat itu adalah bagaimana dapat berkontribusi dan mendampingi pemerintah daerah dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi,” ucapnya.
Selanjutnya, Direktur Pusat Riset Ilmu Sosial Budaya (PRISB) USK ini mengungkapkan, lahirnya TDMRC adalah ikhtiar USK untuk membangun kehidupan yang lebih baik, yaitu dengan meningkatkan kapasitas pengetahuan di bidang lingkungan, kebencanaan dan perubahan iklim. Selain itu, USK juga mendirikan Program Studi Magister Ilmu Kebencanaan (MIK) pada 2010.
“Saat ini alumni Prodi MIK telah menjadi agen pengelolaan lingkungan, bencana dan perubahan iklim yang kini tersebar di berbagai institusi pemerintah dan swasta,” ucapnya.
Lalu pada 2011, USK juga menetapkan materi lingkungan, kebencanaan dan perubahan iklim sebagai muatan lokal dalam kurikulum akademik di berbagai prodi. Tajuannya, agar lulusan USK dapat berkontribusi secara keilmuan sekaligus solutif terhadap masalah lingkungan, kebencanaan dan perubahan iklim.
Selanjutnya, USK juga membuka peminatan di bidang kebencanaan di bawah Prodi Doktor Matematika dan Aplikasi Sains pada pertengahan 2015 lalu.
“Program ini menjadi ujung tombak bagi USK dalam menghasilkan ilmuan-ilmuan muda dengan pemahaman yang holistik terhadap isu-isu perubahan iklim,” ungkapnya.
IUCC adalah forum ilmiah yang merupakan kerja sama antara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dengan Kedutaan Besar Inggris di Indonesia. Ketua dan Pendiri FPCI Dr. Dino Patti Djalal mengatakan, IUCC menjadi perhelatan pertama yang mempertemukan perwakilan dari 60 universitas di Indonesia untuk membahas hasil dari COP26 (KTT Iklim PBB).
Dino Patti Djalal berharap, kegiatan ini dapat menggerakan sektor akademis dalam mencari solusi-solusi adaptasi, mitigasi, dan pendanaan iklim Indonesia.
“ Kami berharap perhelatan ini dapat menunjukkan dukungan sektor akademis dalam peningkatan ambisi iklim Indonesia, sebagai pemegang Kepresidenan G20 tahun ini,” ucapnya.
Selain Alfi Rahman yang hadir secara offline, dua peneliti USK lainnya turut hadir secara online. Mereka adalah Kepala Pusat Perubahan Iklim Suraiya kamaruzzaman, ST, L.LM, MT dan Dr. Ir. Dahlan, S.Hut., M.Si., IPU. Lalu, turut hadir pula secara daring dua mahasiswa S2 MIK USK yaitu Norma Susanti dan Satria Wardhana.
Sumber: https://usk.ac.id/berita/usk-sampaikan-respon-perubahan-iklim-di-forum-iucc
Recent Comments